Makna Batik Trimina dan Truntum yang Sering Dikenakan Menkeu Purbaya

Jakarta – Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa kerap tampil dengan batik Trimina dan Truntum dalam acara resmi. Motif ini melambangkan keberagaman dan kasih sayang tak putus. Temukan penjelasan lengkap makna Batik Trimina dan Truntum di sini. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menarik perhatian publik akhir-akhir ini. Ia sering mengenakan batik dengan motif khas dalam berbagai kesempatan resmi. Motif tersebut merupakan modifikasi dari Batik Trimina dan Truntum, yang kaya akan nilai budaya Jawa. Oleh karena itu, pemakaian ini bukan sekadar gaya, melainkan pesan mendalam tentang nilai-nilai kebangsaan.

Baca juga: Cimahi Resmi Adopsi Aplikasi Jaga Desa untuk Wujudkan Pembangunan Desa Transparan

Asal dan Modifikasi Motif Batik Trimina dan Truntum

Pakaian batik yang dipilih Purbaya berasal dari sentuhan kreatif desainer lokal. Pendiri Griya Peni, Peni Cahyaningtyas S.Sn., mengonfirmasi hal ini. “Jenis motif yang termasuk kelompok Truntum dengan bentuk bintang-bintang pada latar hitam, serta motif Trimina,” katanya saat diwawancarai pada Rabu (17/9/2025).

Modifikasi ini menggabungkan elemen tradisional dari Jawa Tengah, khususnya Yogyakarta dan Solo. Batik Trimina dan Truntum tidak hanya indah secara visual, tetapi juga sarat filosofi. Selain itu, pemilihan motif semacam ini sering digunakan untuk menyampaikan pesan non-verbal dalam konteks formal. Akibatnya, batik menjadi media komunikasi yang efektif tanpa perlu kata-kata panjang.

Purbaya telah tampil dengan batik serupa di beberapa acara. Misalnya, ia mengenakannya saat menghadiri pertemuan pemerintahan. Hal ini menunjukkan komitmennya terhadap pelestarian budaya nasional. Dengan demikian, motif Batik Trimina dan Truntum semakin relevan di era modern.

Filosofi Mendalam di Balik Batik Trimina

Batik Trimina menonjol sebagai simbol kebhinekaan dalam masyarakat Indonesia. Motif ini menggambarkan keragaman budaya yang menyatu dalam satu kesatuan bangsa. Peni Cahyaningtyas menjelaskan bahwa Trimina merepresentasikan harmoni di tengah perbedaan.

Lebih lanjut, motif ini sering dikaitkan dengan nilai toleransi. Dalam konteks pemerintahan, pemakaian Batik Trimina mengingatkan pada semangat persatuan. Oleh karena itu, pejabat seperti Purbaya memanfaatkannya untuk memperkuat citra inklusif. Fakta ini didukung oleh tradisi batik Jawa yang selalu menyimpan pesan moral.

Selain itu, Trimina juga melambangkan adaptasi terhadap perubahan sosial. Di tengah dinamika masyarakat multikultural, motif ini menjadi pengingat akan keberagaman sebagai kekuatan. Akibatnya, Batik Trimina dan Truntum sering dipilih untuk acara nasional yang menekankan kesatuan.

Simbol Kasih Sayang Abadi dari Batik Truntum

Sementara itu, Batik Truntum membawa makna kasih sayang yang tak pernah putus. Bentuk bintang-bintang pada latar hitam melambangkan kesinambungan nilai dari generasi ke generasi. Prof. Dr. Sarwono, M.Sn., Guru Besar Tekstil Tradisi di Universitas Sebelas Mepet Maret (UNS), menegaskan hal ini. “Motif Truntum menandakan bahwa pemakainya telah ‘tumaruntun’ oleh pendahulunya,” ujarnya dalam pernyataan sebelumnya.

Makna ini sangat relevan bagi pemimpin publik. Truntum mengajak untuk melestarikan warisan leluhur sambil menjaga ikatan emosional. Oleh karena itu, Purbaya memilih motif ini untuk menyiratkan dedikasi jangka panjang terhadap rakyat. Selain itu, elemen bintang menambah nuansa cahaya di tengah kegelapan, simbol harapan abadi.

Dalam budaya Jawa, Truntum sering digunakan dalam upacara penting. Ini memperkuat posisinya sebagai motif filosofis. Dengan demikian, kombinasi Batik Trimina dan Truntum menjadi pilihan tepat untuk figur seperti Menkeu.

Baca juga: Lenovo Resmi Luncurkan Legion Gen 10 di Indonesia: Performa Tinggi untuk Gaming dan Produktivitas Ekstrem

Kombinasi Motif: Pesan Keadilan dan Kasih Sayang

Penggabungan Batik Trimina dan Truntum menciptakan makna yang lebih kaya. Peni Cahyaningtyas menambahkan bahwa kombinasi ini melambangkan sikap adil pejabat terhadap segala golongan. “Motif tersebut menyiratkan bahwa pemimpin harus menyayangi semua lapisan masyarakat,” ungkapnya.

Pesan non-verbal ini selaras dengan situasi formal yang dihadapi Purbaya. Batik dari Jawa Tengah memang kaya akan simbolisme semacam ini. Oleh karena itu, pemakaiannya dapat mengkomunikasikan nilai keadilan tanpa kata-kata. Akibatnya, publik menerima sinyal positif tentang komitmen pemerintah.

Lebih lanjut, ahli batik menekankan peran motif dalam diplomasi budaya. Di era digital, gambar Purbaya dengan Batik Trimina dan Truntum cepat menyebar di media sosial. Hal ini meningkatkan apresiasi terhadap warisan nasional. Selain itu, kombinasi ini juga menginspirasi desainer muda untuk bereksperimen dengan motif tradisional.

Signifikansi Warna dan Desain Batik Pilihan Menkeu

Warna batik yang dikenakan Purbaya juga menyimpan arti mendalam. Latar hitam dengan detail seperti cahaya bintang menciptakan kontras dramatis. Hitam melambangkan kedalaman dan misteri, sementara bintang-bintang merepresentasikan panduan di kegelapan.

Desain ini memperkuat tema Truntum. Peni menjelaskan bahwa warna hitam sering dikaitkan dengan keteguhan hati. Oleh karena itu, pemilihan ini cocok untuk peran Menkeu yang menangani isu ekonomi kompleks. Selain itu, detail gonggong yang mirip kerang menambah elemen alamiah, simbol keseimbangan.

Dalam konteks lebih luas, warna batik memengaruhi persepsi visual. Purbaya tampil elegan namun sederhana, sesuai etika pejabat. Dengan demikian, Batik Trimina dan Truntum tidak hanya estetis, tapi juga strategis dalam komunikasi.

Dampak Pemakaian Batik terhadap Citra Publik

Pemakaian berulang Batik Trimina dan Truntum oleh Purbaya memicu diskusi positif. Media sosial ramai membahas maknanya, yang memperkenalkan budaya batik ke generasi muda. Hal ini selaras dengan upaya pelestarian UNESCO terhadap batik sebagai warisan dunia.

Selain itu, pilihan ini menginspirasi pejabat lain untuk mengadopsi motif lokal. Akibatnya, batik semakin menjadi simbol identitas nasional. Peni Cahyaningtyas berharap tren ini berlanjut, karena setiap motif membawa pesan unik.

Penutup: Warisan Budaya yang Hidup

Secara keseluruhan, Batik Trimina dan Truntum yang dikenakan Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa menyiratkan keberagaman, kasih sayang abadi, dan keadilan bagi semua golongan. Motif ini bukan hanya pakaian, melainkan cerminan nilai kepemimpinan yang inklusif. Ke depan, diharapkan pemakaian batik semacam ini terus mendorong apresiasi budaya di kalangan masyarakat. Seperti yang dikatakan Prof. Sarwono, kesinambungan nilai leluhur tetap relevan untuk membangun bangsa yang lebih bersatu.