Pemerintah Kabupaten Mojokerto baru-baru ini menggelar Rapat Tahunan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Tahun 2025. Dalam acara yang diselenggarakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) ini, Gus Barra, seorang tokoh terkemuka, menyampaikan betapa krusialnya kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana. Menurutnya, membangun ketangguhan bukan hanya tugas pemerintah, melainkan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat.
Tantangan serta Urgensi Mitigasi Bencana
Mojokerto, sebagai salah satu wilayah di Indonesia yang rawan bencana, menghadapi tantangan besar dari ancaman bencana alam seperti banjir, gempa bumi, dan tanah longsor. Kondisi geografis dan perubahan iklim global semakin memperbesar risiko yang ada. Dalam konteks ini, upaya mitigasi dan kesiapsiagaan menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar. FPRB berfungsi sebagai garda terdepan dalam menyusun strategi dan kebijakan untuk mengurangi dampak buruk bencana pada masyarakat.
Peningkatan Kapasitas Melalui Pelatihan dan Edukasi
Salah satu langkah utama dari FPRB adalah meningkatkan kapasitas masyarakat melalui berbagai program pelatihan dan edukasi. Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai potensi bencana dan cara menghadapinya, masyarakat akan lebih siap dan mampu melindungi diri serta keluarganya dari bahaya. Keterlibatan masyarakat dalam simulasi bencana merupakan metode efektif untuk mengukur kesiapan dan menanamkan pentingnya tindakan cepat dan terkoordinasi dalam situasi darurat.
Peran Teknologi dalam Pengurangan Risiko Bencana
Selain faktor manusia, teknologi juga memainkan peran krusial dalam pengurangan risiko bencana. Penggunaan sistem peringatan dini, aplikasi peta risiko bencana, hingga penyebaran informasi melalui platform digital, semuanya menunjukkan betapa teknologi dapat menjadi sekutu dalam melindungi manusia. Gus Barra menekankan bahwa adaptasi teknologi harus terus ditingkatkan agar respons bencana dapat dilakukan lebih cepat dan akurat. Teknologi juga mempercepat komunikasi antara pemerintah dan masyarakat, memastikan bahwa informasi vital tersebar luas dan cepat diterima.
Peningkatan Kolaborasi Antar-Pemangku Kepentingan
Ketangguhan masyarakat tidak akan terealisasi tanpa adanya kolaborasi kuat antara pemerintah daerah, swasta, komunitas, dan individu. Setiap pemangku kepentingan memiliki peran unik yang saling melengkapi untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan tangguh. Kesediaan pemerintah untuk merangkul masyarakat dan sektor swasta dalam perencanaan dan implementasi strategi kebencanaan menandai perubahan ke arah yang lebih inklusif dan partisipatif.
Keterlibatan Aktif Generasi Muda
Gus Barra juga menyebutkan pentingnya melibatkan generasi muda dalam upaya pengurangan risiko bencana. Melalui pendidikan formal dan non-formal, generasi muda dapat dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang tepat untuk menghadapi bencana yang mungkin terjadi di masa mendatang. Dengan menanamkan kesadaran sejak dini, diharapkan bahwa mereka dapat menjadi agen perubahan dan pelopor dalam komunitasnya sendiri.
Menatap Masa Depan yang Lebih Tangguh
Kesimpulannya, ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana adalah upaya berkelanjutan yang memerlukan komitmen dan kerjasama dari seluruh lapisan masyarakat. Melalui peningkatan kapasitas, pemanfaatan teknologi, dan kolaborasi semua pihak, Mojokerto bisa menjadi model bagi daerah lain dalam upaya pengurangan risiko bencana. Dengan semangat dan kesadaran kolektif, masa depan yang lebih aman dan tangguh bukanlah sekadar impian, melainkan sebuah tujuan yang dapat dicapai bersama.
